Cerpen HlP



HIDUP ITU PILIHAN

            Dalam hidup kita selalau dihadapi dengan berbagai pilihan.Jika kita ingin hidup dengan baik, maka berfikirlah untuk menentukan pilihan terbaik dalam hidup kita, agar hidup kita lebih bermakna. Jangan kita hidup hanya untuk menuruti nafsu duniawi saja, karena kita hanya akan tersesat dalam kehidupan kita sendiri.
***
            Seorang gadis berseragam putih biru sedang berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan umum yang akan mengantarkannya ke sekolah. Novia Nur’aini, gadis yang lebih akrab di sapa Ovi oleh teman-temannya itu sudah duduk dibangku kelas 9 SMP. Dia adalah seorang gadis yang baik dan pintar.Dia juga selalu bersikap sopan dan ramah paa setiap orang, karna itu banayak orang yang menyukainya.
            “Arif, kak Arif, itu tadi kak Arif.”Gumamnya dalam hati ketika melihat orang yang dia cintai.
            Ovi terlihat begitu sumringah setelah melihat lelaki itu.Senyumnya mengembang, hatinya begitu senang. Arif Alfarizi, dia adalah lelaki yang telah membuat Ovi jatuh hati. Namun Ovi tak bias setiap hari bertemu dengannya karena Arif sudah duduk di bangku kelas 11 SMK.
***
            “Selamat pagi anak-anak.” Sapa pak Agus, guru matematika yang mengajar di jam pertama pagi ini.
            “Pagi pak…” Jawab murid-murid serempak.
            “Oke kita mulai pelajarannya ya.”
            Pak Aguspun mulai menjelaskan rumus-rumus matematika yang ia tulis di papan tulis dengan santai tapi serius. Sesekali ia memberikan soal dan meminta salah satu siswa untuk menjawabnya.
            Tuutt..tuutt.. tuutt..
            Bel istirahat akhirnya berbunyi, pak Agus segera mengakhiri kegiatan mengajarnya yang disambut dengan suara murid-murid yang senang.ruang kelas yang tadinya sepi kini telah ramai.
            “Ra, jajan yuk.” Ajak Ovi pada Rara teman sebangkunya.
            “Yuk, eh itu si Putri sama Tia mau ikut nggak?” Jawab Rara seraya memandang kearah tempat duduk kedua temannya yang ada dibelakang.
            “Putri, Tia mau ikut nggak?”Ajaknya.
            “Aku ikut Vi, tunggu dulu.” Jawab Putri, sementara Tia, dia memilih untuk tetap dikelas.
            Setelah membeli jajan di kantin, meraka kembali ke kelas, mereka duduk dibangku mereka masing-masing yang memang berdekatan.
            “Tia, minta nggak?” Tawar Rara.
            “Nggaklah, makasih aku lagi nggak laper.”Jawabnya.
            “Put gimana kabar kamu sama Doni?” Tanya Ovi tiba-tiba saat mereka sedang asik makan.Putri diam sebentar sebelum menjawabnya.
            “Umm..aku sama Doni udah putus kemaren.”
            “Hah!! Beneran Put? Emang kenapa kok putus sih?”Kata Tia kaget.
            “Iya, aku sudah tau kalo dia selingkuh, akhir-akhir ini sikapnya emang udah mulai berubah.
            “Jahat banget tuh orang Put, perasaan kamu nggak salah apa-apa.” Ucap Ovi.
            “Iya aku juga nggak tau, aku nggak tau kenapa dia bias sejahat itu sama aku. Padahal sejak awal dia begitu baik dan sayang sama aku.” Jelas Putri, matanya sudah berair dan siap untuk menitikan air mata.
            “Sabar ya Put, kamu harus kuat, masih banyak laki-laki yang lebih baik darinya diluar sana.” Ucap Ovi menenangkan.
            “Iya Put, udah jangan dipikirin terus, udah usap air matamu, buat apa kamu menangisi orang yang dah jahat sama kamu.” Tambah Rara.
            “Iya benertuh kata Rara, udah mendingan kita mikirin tujuan dulu yang tinggal 1 bulan lagi.”Kata Tia menyetujui.
            “Iya temen-temen, makasih yah atas nasehatnya, aku seneng banget bias mempunyai teman sererti kalian.
            “Iya sama-sama.”Jawab mereka bebarengan.
***
            Ovi duduk di depan televise sepulang sekolah. Dia teringat dengan cerita Putri di sekolah.Dia membayangkan bagaimana perasaanya jika dia menjadi Putri. Pastinya itu akan sangat menyakitkan.
            Arif, orang yang sudah cukup lama dekat dengannya 2 hari yang lalu telah menyatakan perasaanya pada Ovi. Waktu itu ia belum bias memberikan jawaban pada Arif, dia masih bimbang, walaupun dalam hatinya dia begitu mencintai Arif. Namun di sisi lain orangtuanya tak memperbolehkan dia untuk berpacaran. Dan setelah mendengar cerita dari sahabatnya, ia malah menjadi semakain bingung. Dia ingin menerimanya, tapi dia takut akan mengalami nasib yang sama dengan Putri. Dan juga dia tak mau menegcewakan orangtuanya.
            Derrtt..derrtt..
            Gmna vi, km mau nrima aku kn??
            “Ya Allah..aku harus bagaimana ini, aku harus memilih yang mana, dia sudah bertanya lagi padaku, aku mencintainya. Tapi aku ingin menjadi onak yang berbakti pada orangtuaku. Aku sayang sama kak Arif, tapi aku juga sayang sama ibuku. Ibu yang sudah membesarkanku seorang diri, dengan keringatnya untuk membiayai hidupku tanpa adanya peran seorang ayah.Aku tak mau membuat ibuku marah, tapi aku juga tak mau melukai hati kak Arif.”Ucapnya dalam hati sebelum membalas pesan dari Arif.
Kak Arif, sblmnya ovi minta maaf ya, ovi emg suka sma kk, tp ovi nggak mau membuat ibu mrah. Kk taukn klo ovi nggak bkeh pcran.Jd lbih baik kta tmenan aja ya.
Message sent..
“Semoga kak Arif nggak marah sama aku, karena aku memilih untuk beteman.”Gumamnya lirih.
Derrtt..derrtt..
Oh,, yaudah ga papa kok, kk ngrti, kk akn sllu nunggu bwt km.
Kk nggak mrah kn sma ovi?
Nggaklah vi, kk kn saying sma km, kk nggak akn mksa km.
Yaudah, mksih yak kk..
***
Waktu istirahat kali ini Ovi memilih untuk tetap di kelas.Dia menolak ajakan temannya untuk jajan.Dia sedang memikirkan perkataan yang diucapkan oleh wali kelasnya saat mengajar tadi. Ibu Gustin, wali kelasnya bilang jika mulai sekarang kami harus mulai memikirkan untuk melanjutkan ke sekolah mana. Supaya kita tidak akan bingung nantinya, jika mau mendaftar ke SMA ataupun sekolah lainnya.
Ovi sudah lama menyukai salah satu SMA favorit di kotanya, dia sangat ingin bersekolah disana, tapai keinginannya untuk bersekolah di SMA itu mungkin tidak akan disetujui oleh ibunya. Karena dulu ibunya pernah memintanya agar dia melanjutkan ke pondok setelah lulus SMP. Ibunya meminta supaya ia masuk ke pondok dengan alasan ibunya takut jika dia akan terjerumus dalam pergaulan bebas.
“Ovii..”Panggil Rara tiba-tiba saat menghampiri sahabatnya yang sedang duduk sendirian.
“Lagi mikirin apa sih Vi?Dari tadi bengong mulu. Lagi mikirin kak Arif ?”
“Nggak kok, aku udah menolaknya kemaren.”
“Loh, kok kamu nolak sih?Katanya kamu suka sama dia?”
“Iya aku emang suka sama kak Arif, tapi kamu taukan kalo akutuh nggak boleh pacaran sama ibuku, jadi aku milih temenan aja sama dia. Daripada nanti ibuku marah.”
“Haha..iya bagus juga tuh Vi.”
***
Mentari pagi bersinar begitu cerah menerobos masuk ke dalam kamar Ovi melalui celah jendela kamarnya.Dia terbangun dari mimpi indahnya.Hari ini dia begitu senang karena dia telah berhasil melewati Ujian Nasional yang berkhir 2 hari yang lalu.
Pikirannya kini sudah bias diistirahatkan dari materi-materi pelajaran yang akhir-akhir ini memenuhi otaknya. Sekarang ia hanya bias berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Allah agar dia bias memperoleh nilai yang tinggi.
Walaupun untuk kelas 9 SMP sudah tak  diwajiban lagi untuk berangkat sekolah, namun hari ini ia berencana untuk tetap berangkat, begitu juga dengan teman-temannya.
Ovi dan ketiga sahabatnya duduk di bangku taman sekolah mereka.
“Hai..kalian apa kabar?” Tanya Ovi pada ketiga sahabatnya.
“Aku baik, kamu sendiri?”Balas Tia, begitu juga dengan Rara, dan Putri.
“Alhamdulilah, aku juga baik.”Balasnya.
“Eh, kalian mau pada ngelanjutin sekolah kemana?Kalo akumah mau ke SMK.” Tanya Putri.
“Aku sebenernya pengin ngelanjutin ke SMK juga, tapi orangtuaku nyuruh aku supaya ngelanjutin ke SMA, jadi aku nurut aja sama mereka.”Jawab Rara dengan wajah sedikit cemberut.
“Kita sama dong Ra, aku juga mau ngelanjutin ke SMA.” Ucap Tia dengan wajah berseri.
“Kalo kamu gimana Vi?” Tanya Rara.
“Sebenernya aku pengin banget ngelanjutin ke SMA, kemarin aku juga udah bilang ke ibuku.Tapi ibu nggak setuju, dia mintanya kau masuk ke pondok aja.”
“Sabar ya Vi..kamu coba ngomong lagi sama ibu kamu, siapa tau ibumu mau nurutin kamu kalo kamu tetep minta terus.” Ucap Tia menasehati.
Mereka lalu pergi ke kelas, suasana kelas kali ini sepi karena hanya ada beberapa anak yang masuk.Kebanyakan mereka memilih untuk tetap di rumah.
***
Ovi berbaring diatas ranjangnya.Pikirannya melayang entah kemana. Dia memikirkan tentang bagaimana dia akan meyakinkan ibunya utuk menyetujui keinginannya supaya meanjutkan sekolah ke SMA. Namun di sisi lain, pikirannya juga tertuju pada Arif.Sekarang dia sudah sangat jarang berhubungan dengan Arif.Jika dia sedang berkirim-kiriman pesan saja, sikap Arif begitu jutek padanya.Janjinya untuk menunggu mungkin sudah dia lupakan.Ovi merasa kehilangan sosok Afif yang dulu.Sosok Arif yang baik, perhatian dan penyayang, kini menjadi Arif yang jutek dan mudah marah.
“Ahh,, sudahlah, ini sudah menjadi pilihanku, aku harus menerima semua resikonya.” Ucapnya lirih.
Sekarang dia sudah berdiri, dia akan mencoba lagi untuk meyakinkan ibunya. Dia berjalan ke ruang tengah tempat dimana ibunya sedang menonton Televisi.Ovi duduk disebelah ibunya.
“Ibu, lagi nonton acara apa?” Ucpnya memulai pembicaraan.
“Ini lagi nonton Film.”Jawabnya singkat.
“Ibu, aku boleh minta sesuatu nggak?”Tanyanya berharap.
“Minta apa sayang? Kalo ibu bias ngabulin ibu pasti akan kabulin.
“Bu, aku pengin ngelanjutin sekolah ke SMA Negeri.”
“Ovi, ibukan udah bilang.Ibu nggak mau kamu sekolah di SMA, kamu harus masuk ke Pondok.”
“Tapii bu, Ovi udah lama pengin bersekolah di SMA itu, lagian SMA itu juga SMA favorit. Banyak orangtua yang menginginkan anaknya bisa bersekolah di situ.”
“Sekali tidak, tetep tidak.”Suara ibunya mulai mengeras.
“Kamu itu harus nurut sama ibumu, kamu mau ibu marah?.Keluargamau semua masuk ke pondok, kamu juga harus masuk ke pondok.Bude dan pakdemu juga sudah bilang ke ibu supaya kamu ngelanjutin ke pondok.”
“Itukan kehidupan mereka bu, ini hidup Ovi, Ovi yang ngejalaninnya.”Matanya sudah tak bisa lagi membendung air mata.
“Ovi!!Kamu itu harus berfikir, pondok itu lebih baik buat kamu.Di pondok juga kaya SMA.”
“Pokoknya tidak ya tidak.”Bentak ibunya lagi.
“Tapi bu, Ovi udah mau nyerahin berkas-berkas untuk mendaftar ke SMA itu sama temen-temen.”
“Terserah,, pokoknya ibu tetep nggak setuju kalo kamu ngelanjutin ke SMA. Kamu boleh sekolah di SMA itu, tapi nggak akan ibu biayain.’
“Ibu jahat!! Ibu nggak sayang sama Ovi.” Pipinya kini sudah di banjiri oleh air mata.
“Pokoknya tetep NGGAK!!” Bentak ibunya lagi.
Dengan beruraian air mata, Ovi berlari kedalam kamarnya. Pintu kamarnya ia tutup keas-keras. Sedangkan ibunya masih duduk di ruang tengah membiarkan anak kesayangannya menenangkan diri.
“Ya Allah maafkan aku.. aku tak bisa menuruti permintaan anakku. Aku tak tega melihat anakku menangis seperti itu, tapi aku hanya ingin yang terbaik untuknya. Aku tak ingin jika anakku terjerumus dalam pergaulan bebas.” Katanya lirih. Air matanya mulai menetes setelah dari tadi ia tahan, ia hanya tak ingin anak semata wayangnya melihatnya menagis.
***
Embun pagi terlihat begitu indah di pucuk-pucuk daun. Kabut tebal masih menyelimuti bumi ini setelah semalaman di guyur hujan lebat. Matahari juga masih malu-malu untuk menampakan sinarnya.
Ovi terbangun dari tidur nyenyaknya yang hanya beberapa jam saja. Matanya sembab karena semalaman menangis, pagi ini ia memutuskan untuk mengatakan pilihannya pada sang ibu. Semalaman ia berfikir begitu keras untuk menentukan pilihannya untuk tetap menuruti permintaan ibunya, atau dia tetap akan bersikeras dengan keinginannya.
Dia keluar dari kamarnya menemui ibunya yang sedang memasak di dapur.
“Ibu.. aku akan menuruti keinginan ibu, aku mau melanjutkan ke pondok.” Ucapnya pelan.
“Benarkah.. makasih ya sayang.” Jawab ibunya yang langsung memeluk anaknya itu.
***
Sekarang Ovi sudah hampir setengah tahun berada di pondok. Pada awalnya dia memang merasa kesepian dan tak betah berada di sana. Namunskarang dia sudah memiliki banyak teman dan sudah menikmati kehidupannya yang baru. Dia juga masih berkomunikasi dengan teman-temannya ketika SMP melalui internet.

END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hikayat si Miskin

Presentasi Mind Mapping

KULTUM BAHASA JAWA